berpikir

Renungan Akhir Ramadhan

Tadi malam, dering HP-ku berbunyi,
terlihat nama “Desi” di sana.
Deg…
“Ibu Desi udah meninggal, Nop,” ujar Desi di tengah sedu sedan tangisnya.
Diam.
Aku bingung mau ngomong apa. Sebelumnya, kabar-kabar dari Desi memang ibundanya masih koma. Aku juga nggak tahu, apa pas meninggalnya itu, beliau sudah sadar.
Desi menangis sedih di ujung telepon.
Aku cuma bisa berkata, “Sabar… sabar”
Sampai Desi mengakhiri pembicaraan, dia masih menangis…

Pada hari Ahad, aku, Desi, dan teman-teman di MP4Palestine mengunjungi RS Persahabatan.Kami melakukan baksos untuk pasien anak kelas 3 yang masih berlebaran di rumah sakit, petugas jaga, dan petugas di kamar jenazah.

Saat awal acara, kami sharing bareng dengan para petugas pengurus jenazah. Membicarakan banyak hal terkait teknis pemandian jenazah, pengafanan, hingga dibawa ke rumah.

Selain itu, mereka juga sharing tentang bagaimana mereka pun juga suka ikut sedih ketika melihat keluarga yang ditinggal menangis. Mereka berpikir, kalau saat mereka meninggal, siapa yang akan urus. Sudah sepatutnya kita juga tahu bagaimana cara mengurus jenazah, dan rasa ikhlas yang juga harus tetap ada ketika orang terdekat atau kita yang kelak akan meninggal.

Setelah sharing dan serah terima bingkisan, kami pun langsung menuju kamar jenazah. Di sana ada ruang pendingin jebazah dan ruang tindakan jenazah (memandikan, mengafankan, dll). Saat masuk, sedang tidak ada jenazah di tempat tersebut.

Tidak berapa lama, sepulang dari Rumah Sakit, kabar itu hadir, ibunda Desi koma di RS. M. Jamil, Padang. Esok paginya, Desi berangkat ke Padang. Kami beberapa kali kontak-kontakan via SMS dan telepon hingga kabar malam itu… Kabar ketika takbir sudah menggema di sebagian tempat.

Kematian memang hal yang pasti. Pasti datang dan hadir tanpa kita ingin menunggu atau tidak. Kematian bisa datang dengan cara apa pun, dan harapan kita di kematian itu kita bisa khusnul khatimah.

Aku masih ingat ketika Ramadhan 2008, berkali-kali kabar kematian hadir, dan beberapa datang dari orang terdekat. Budeku, anak dari kawanku, dan teman pengajianku. Yah, kapan pun, di mana pun, semoga kematian bisa menjadi pengingat bagi kita….

~renungan akhir Ramadhan~

Buat teman-teman semua

 

Maaf atas segala khilafku selama ini
mungkin karena sengaja atau tidak sengaja
mungkin aku sadari atau tidak kusadari…

Kuharap kita mampu membuka hati

memaafkan dan memberi maaf

agar ketika Ramadhan pergi
kita mampu memetik berjuta makna
di Syawal yang fitri…

Moga kita bertemu dengan Ramadhan lagi
dalam keadaan yang lebih baik

Taqabbalallahu minna wa minkum


Novi

Tinggalkan komentar